AGEN POKER
Cerita Dewasa / Cerita Sex / Cerita ABG / Cerita Dewasa Hot / Cerita Dewasa SMA / Kumpulan Cerita Dewasa
“Bandi,, aku pinjam istrimu sebentar ya,,,” ucap Zahra pada Bandi
yang tengah melahap sandwich yang baru saja diantar oleh Lik Marni.
“emang mau ngapain?”
“Ada aja, urusan kaum hawa, weee,,,”
“Aiiihhh,,, bisa juga istri Darto ini genit, mana pake melet lagi,,”
gumam Bandi, matanya liar menatap Zahra yang berdiri di depan pintu
dengan balutan kaos lengan panjang yang sedikit ketat, tak ketinggalan
jilbab yang selalu membalut wajah cantiknya.
“Ok, Asal waktu balek dhi mharhi tethap utuh,,,” Bandi memaksakan
menjawab meski mulutnya sedang penuh, matanya beralih ke sosok istrinya
yang malam itu kelihatan lebih centil, tak ubahnya seperti anak ABG.
Mematut diri didepan cermin memiringkan tubuh ke kanan dan kekiri,
celana lagging hitam dan kaos longgar berbelahan rendah dengan tulisan
‘Awesome’ tepat dibagian payudara.
“Hahahahaa…bisa aja kamu, emang bagian mana yang bisa hilang dari istrimu,,” Zahra tergelak tertawa.
“Tenang saja sayang,,, kalo ntar balik kesini nenen ku hilang, tagih saja sama Zahra,,”
“Aaaaaaa,,,” Zahra terpekik, tak menduga bila Nabila akan meremas kedua payudaranya.
“GLEEKK,,, Uhhuuugg,,,” Bandi tersedak, kerongkongannya begitu sesak
akibat segumpal roti yang dipaksa masuk tanpa dikunyah. Matanya dengan
jelas bagaimana bentuk payudara Ziraida yang menyembul dibalik kaos
akibat remasan jemari Nabila.
“Hahahahaa,,, Ayo cint,,, ntar kamu diterkamnya lhoo,,” tawa Nabila
melihat tingkah suaminya. Lalu menarik Zahra yang wajahnya memerah malu,
keluar kamar.
“Aseeeemmm,,, besar juga nenen istri si Darto,” Bandi mengumpat,
selama ini dirinya hanya bisa memandang tubuh yang dibalut pakaian yang
lebar.
Wajah lelaki itu tersenyum saat menyadari batangnya mengeras,
ternyata begitu besar hasrat nya pada wanita yang selalu mengenakan
jilbab itu. Tapi hingga saat ini tak ada sedikitpun kesempatan untuk
mendekati, selalu dikawal ketat oleh teman-temannya yang juga memliki
hasrat yang sama.
Tak betah sendiri berada dikamar Bandi menuju selasar
yang memisahkan kamar-kamar, sesaat matanya tertuju pada jam besar yang
ada di dinding, pukul 9.15. Di pelataran cottage dirinya tak mendapati
seorang pun, gara-gara ulah Nabila dan Zahra tadi pikiran sange nya
kembali kambuh, otaknya memilah-milah betina mana yang dapat dijadikan
mangsa, Aida, Lik Marni, Shita,,, Ahhh Shitaa,,, hampir saja lelaki itu
menyumbangkan benih cinta kepada si montok istri simpanan Pak Tama.
Hari ini pikiran lagi ga karuan Nyesel tapi sengaja nonton film
begituan Otak penuh khayalan juga bayang-bayang Ingin cepat lepaskan,
bingung cari saluran Lalu cari solusi yang sehat dan alami Bukan ngga
punya uang, sumpah haram jajan Biar sedikit bandel utamakan kesehatan
Belum sempat mikir panjang Setan langsung kasih jalan
“Heeiii Bannn!!,,,”
Terdengar panggilan saat dirinya melewati tepian kolam.
“Rahadi daaan,, Anjani,, Owwhh,,, itu benar Anjani kan?,” Bandi
memicingkan mata seolah dengan cara itu matanya dapat lebih jelas
melihat.
Tampak gadis itu hanya mengenakan pakaian renang two piece. Pintar
juga ni bocah, sengaja mematikan lampu di pinggir kolam, jadi apapun
yang mereka lakukan di dalam air takkan terlihat jelas.
“Gilaaa,, bisa-bisanya berenang di air dingin gini,” celetuk Bandi setelah memasukkan kedua kakinya ke air, duduk menjutai.
“Dingin?,, panas koq,,, liat aja aku ampe keringatan begini,hehehe,,”
Rahadi terkekeh sambil berjalan didalam air mendekati Bandi,
meninggalkan Anjani disisi sebrang.
“Baru pemanasan doang sih,, pengen nyobain bercinta dalam air,” imbuhnya.
“Gimana body bini ku, mantap?,,,lagi seger-segernya anak ABG tuh,, hehehe,, masih 19 my age,”
“Dasar,, Vicky oriented!!,,,”
“Hahahahaa,,,”
“Blubuk blubuk blubuk,,,” tawa keduanya terhenti saat Anjani
tiba-tiba menyelam, 2 pasang mata lelaki sange itu melotot saat beberapa
detik kemudian muncul pantat montok Anjani yang dibalut celana renang
model thong, muncul ke permukaan bergerak mengikuti kaki yang berkecipak
mendorong tubuh di dalam air.
“Aku paling suka kalo dia lagi nungging, mana ada cowok yang tahan kalo bergesekan dengan pantat montok nya,,”
“Asseeemm,,,” Bandi misuh-misuh mendengar celoteh Rahadi yang sengaja manas-manasin
“Tapi lebih nikmat mana dengan vagina istriku?,,, bukankah kamu sudah
merasakan jepitannya,, dan bagaimana gurihnya cairan cintanya?,,”
“Heehhh,,, jadi istrimu cerita kejadian di tepi tebing tadi?,, gilaa,,,” Bandi terkekeh.
“Memang sih,, legit banget,,Tapi Cuma dua menit ni batang sempat
masuk, belum sempat ngecrot aku sudah ditendang gara-gara Darto mau
lewat,”
“Dua menit??? Wooyy,, itu lumayan lama begoo,,” Hati Bandi mendengus kesal, tapi berusaha tetap santai.
“Tapi bukankah istriku sudah memberi kesempatan padamu untuk
menikmati tubuhnya, Ya artinya kamu sedang sial, jadi tidak salah bila
sekarang adalah giliranku,” ucap Bandi, otak mesum nya bekerja dengan
cepat melihat peluang. Dengan cepat tangannya melepaskan kaos lalu
menceburkan diri ke air yang dingin.
“Still there Boy!!!,,, dan lihatlah bagaimana aku mengajarimu cara
bercinta dengan gadis secantik istrimu ini,” teriak Bandi sambil
berjalan mundur didalam air.
“Juancuuukk,,,” Rahadi mengumpat dengan jari tengah mengacung,
hatinya tak karuan, saat harus melihat dengan matanya sendiri bagaimana
istrinya akan digagahi oleh lelaki lain.
Ingin sekali Rahadi mencengkram tubuh Bandi, tapi Bandi adalah calon
bosnya setelah pamannya pindah ke kantor pusat. Artinya Bandi lah saat
ini yang memiliki kuasa di kantornya.
“Uuuugghhh,,,” Rahadi benar-benar kesal sekaligus menyesal telah memamerkan tubuh ranum istrinya.
Sementara disebrang, Anjani terlihat bingung saat sosok besar seorang
laki-laki mendekati dirinya, tubuhnya beringsut masuk kedalam air
berusaha menyembunyikan payudara yang hanya tertutup kain kecil dengan
untaian tali. Sempat terdengar oleh telinganya pujian sang lelaki yang
memuji cantik wajahnya, tapi mengajari bercinta, apa maksudnya?…. Anjani
tiba-tiba merasa tubuhnya panas dingin saat berhadapan dengan dada
bidang sedikit berbulu saat Bandi tiba di hadapannya.
“Ada apa Mas?,,,?”
“Tidak ada apa-apa, hanya suamimu tadi meminta untuk menemani
bidadari mungil sepertimu berenang,,” Bandi mencoba tersenyum seramah
mungkin.
Sontak wajah Anjani memerah, tersipu malu. Merasa tidak percaya
dengan ucapan Bandi, gadis itu menatap suaminya yang terlihat hanya
duduk ditepi kolam renang, meski saat ini ada seorang lelaki mendekati
istrinya yang hampir telanjang.
“Kenapa cantik,,,tidak percaya?, pastinya suamimu akan menghajarku
bila aku berbohong,” Bandi mengangkat dagu Anjani untuk memenadang
wajahnya yang memiliki tatapan tajam.
Dalam hati Bandi bersorang girang, gadis itu terlalu lugu, begitu
mudah memikatnya. Semakin gemetar tubuh Anjani dibuatnya. Tapi ada
letupan birahi saat matanya menatap pundak Bandi yang tegap dan kokoh,
apalagi lelaki itu memiliki wajah yang sangat menarik.
“Aku lihat tadi kau cukup mahir berenang, mau adu cepat dengan ku,
berapa putaran kau sanggup?,,” kini Bandi memasang wajah jenaka.
Tersenyum sambil mengambil kuda-kuda untuk menyelam.
“Jika hanya sekedar berenang mungkin tak mengapa, toh suamiku bisa
melihat dan melindungi bila laki-laki ini berbuat nakal.” Gumam Anjani
yang kemudian ikut tersenyum menampilkan deretan gigi yang rapi terawat.
Seakan tidak ingin kalah dari Bandi, Anjani mencoba mendahului
menyelam dan dengan cepat berenang ke tepi dimana Rahadi berada. Bandi
tertawa melihat tingkah Anjani, gairahsex.com mengangkat kedua tangannya
kearah Rahadi. Tapi Hal itu diartikan Rahadi sebagai tanda
ketidakmampuan Bandi menaklukan istrinya.
“Hahahahaaa,,, Kau tidak akan bisa menaklukkan istriku,, cobalah sepuasmu!!!,,,” teriak Rahadi sambil tertawa.
Anjani yang telah sampai di tepi kolam, sekuat tenaga kakinya
menendang dinding kolam untuk memberikan dorongan tambahan. gadis itu
tampak yakin jika dirinya menyelesaikan dua putaran dan lebih cepat dari
Bandi. Melihat Anjani sudah berbalik ke arahnya, Bandi dengan cepat
menyelam berusaha menyusul Anjani. Saat tubuh mereka berselisihan di
tengah kolam, dengan begitu kreatif dan cekatan tangan Bandi mengelus
payudara gadis mungil itu, dilanjutkan dengan tarikan hingga bra Anjani
terlepas, lalu melanjutkan berenang ke arah Rahadi.
Sebelum berbalik menyusul Anjani, tangan Bandi muncul kepermukan
sambil mengacungkan bra. Aksi Bandi itu jelas tidak luput dari mata
Rahadi.
“Juancuuuukkk!!!,,,,” Rahadi hanya bisa mengummpat, bra siapa lagi yang ada di tangan Bandi jika bukan milik istrinya.
Sementara di sebrang sana Anjani telah sampai di tepian, tak lama
kemudian disusul Bandi yang tampak terengah-engah mencari udara.
“Menaaaang,,,” Anjani berteriak girang mengangkat kedua tangannya, meloncat-loncat seolah ingin keluar dari air.
Tapi tawa gadis itu sirna seketika, wajahnya pucat pasi saat melihat
bra nya berada di genggaman Bandi. Secepat kilat tubuhnya beringsut
masuk ke dalam air, berusaha menyembunyikan payudara mungil dengan
puting yang menantang kedepan. Gadis itu tidak sadar kapan bra itu
terlepas, terlalu semangat berenang. Bandi tersenyum, lalu dengan sopan
memberikan bra itu kepada Anjani. Dengan cepat jemari lentik itu
menyambar, dan dengan tergesa-gesa mengenakan kembali bra nya.
“Boleh aku bantu mengikat di bagian belakang?,”
Anjani mendesah, sesaat mengambil nafas panjang setelah sadar tidak
mampu mengikat bra, menyesali keputusannya memilih bra jenis tali yang
diikatkan di belakang punggung. Anjani berbalik dengan malu-malu,
setidaknya dengan membelakangi lelaki itu tidak bisa melihat payudaranya
yang menyembul. Dengan perlahan Bandi memasang simpul tali bra, seraya
mendekati telinga gadis itu.
“32b, mungil, tapi putingnya mancung banget, seharusnya untuk gadis
seusia mu aerola nya sudah mulai coklat, tapi warna milikmu masih
telihat sangat ranum seperti milik gadis SMP, bentuk seperti ini yang
sering bikin para lelaki penasaran.”
AGEN POKER TERPERCAYA
Nafas Anjani seakan tertahan mendengar pujian Bandi, tubuhnya tak
mampu bergerak saat telapak tangan yang kokoh menyusuri pinggang yang
ramping, mengusap perut yang rata tanpa lemak, dan terus naik hingga
telapak itu menggenggam payudara Anjani dengan dengan cengkraman yang
kuat namun terasa lembut.
“Uuugghhhh,,,,eeeengghhhsss,,,” nafas Anjani terasa begitu sesak, bra
basah yang baru dikenakannya seakan tidak memiliki arti. Putingnya yang
seketika mengeras dapat dengan jelas merasakan tekstrur kasar dari
telapak tangan Bandi.
“Maaasss,,, jaaangaaaaan,,,,”
Tapi Bandi memakai jurus budeg, dan terus melanjutkan aksinya.
Tangannya begitu gemes dengan payudara mungil Anjani, meremas dan terus
meremas dengan lembut.
“Ooowwwhh,,, ternyata benar dugaanku, payudaramu sangat kencang,,,
apa kau meinginzinkan bila aku sedikit berkenalan dengan payudaramu
ini,,”
“kaauu,, sudah melakukannyaaa,, apa lagiii,, suddaaahh masss,,,
Aaaawwwhsss,,,” Anjani terpekik saat puting mungilnya dijepit, ditarik,
dan dipelintir dengan lembut.
“Maasss,,, jangan yang ituuu,, jaaaang,,, Aaaaakkkhhh,,,” tubuh
Anjani semakin berkelojotan, tanpa disadarinya telunjuk tangan kanan
Bandi berhasil menyelinap kedalam lipatan vagina.
“uuugghhh,,, suuddaaaahhh maasss,, ada Mas Rahadi,, jangaaaaann,”
Sekuat tenaga Anjani menarik lengan Bandi agar keluar dari celana
dalamnya, tapi Bandi yang usil tak kalah akal, telunjuknya yang berhasil
menyelinap kedalam vagina mungil itu berubah layaknya jangkar pengait.
Semakin kuat Anjani menarik tangan Bandi, semakin kuat tekanan yang
dialami vaginanya, dan semakin kuat pula lenguhan yang keluar dari
bibirnya.
“Jangaaannn,, jangaaaann,, aku ga maauu,, jangaaaaaaaaaaaaaaann”
tubuh Anjani bergetar hebat. Mendapatkan pelecehan dihadapan suaminya
justru menjadi sensasi tersendiri, dan ini adalah orgasme tercepat yang
pernah dialaminya.
“Iiiihhh,,, tanganku dikencingin cewek cantik,, pasti pertanda
sesuatu nih,, koq cepet banget ya,,,” ucapa Bandi, menarik tangannya
keluar lalu berlagak seperti orang yang mencuci tangan di dalam air.
“Jahaaaat,,, dasar manager mesum,” Anjani mencubit lengan Bandi,
wajahnya tersipu malu, cowok itu sudah membuatnya ngos-ngosan dan
berkelojotan di tengah malam, tapi setelahnya justru meledeknya,
menganggap hal itu seperti hal biasa.
Sementara di sebrang Rahadi yang mengamati mengamati dengan tegang,
dapat sedikit bernafas lega saat Bandi melepaskan tubuh istrinya, lalu
sedikit menjauh. Matanya dapat melihat bagaimana tadi tangan Bandi yang
memeluk istrinya dari belakang, tapi dirinya tidak tau apa yang tengah
terjadi, matanya juga mengawasi pinggul Bandi yang tidak bergerak,
berarti calon atasannya itu tidak berhasil melakukan penetrasi.
“Wooyyy,, Aku ambil minum sebentar, still there, jangan
kemana-mana,,,” Teriak Rahadi yang langsung bergegas masuk ke dalam,
tubuhnya sangat enggan beranjak dari tempat itu untuk memastikan
istrinya baik-baik saja, tapi tenggorokannya terasa kering akibat ulah
Bandi yang mengerjai istrinya.
“Yooiii,, jangan lama-lama, ntar istrimu ku makan lhoo,,hahaha,,” balas Bandi sambil tertawa.
Bandi bersandar di tepian kolam,
“Malam yang indah, bintangnya banyak, lampionnya juga cantik” ucap
Bandi sambil mengamati lampion yang berjejer diatas kolam, terikat pada
tali yang direntang.
“Iyaa,”
“Iyaa? Bagaimana kau bisa tau, dari tadi kau hanya menunduk, mana bisa melihat bintang,”
“Iiihhh,, resee,,” Anjani mendorong pinggang Bandi tapi meleset dan
mengenai batang Bandi yang masih menegang. Tiba-tiba gadis itu
terkesiap.
“Itu kayu ya? Koq keras banget, piting sedikit aja pasti patah tuh kayu,, hahaha,,”
“Idiiihh,,, baru ditinggal suami sebentar aja genit nya nongol,
giliran suami disamping anteng kaya kelinci makan kwaci,hihihi,,,”
“Mas emang rese yaaa,, jadi heran, koq bisa ditunjuk ngegantiin Pak Tama,”
“Hahahaha,,, Ehhh,, ada bintang jatuh,,”
“Mana? ngga ada koq,,,” mata Anjani cepat menyapu hamparan langit.
“Jatuhnya naik angkot biar cepet,,hahaha,,”
“Idiihh garing banget, emang kalo ada bintang jatuh mau minta apa?”
tanya Anjani sambil memainkan air hingga menciptakan gelombang-gelombang
kecil. Perasaan tegang dan malunya sedikit berkurang, diam-diam matanya
melirik tubuh tinggi tegap disampingnya.
“Aku mau mintaaa,, eemmm,,, apa ya,, kalo minta kayu ku dipiting pake punyamu, mungkin ga yaa?,,”
“Weekksss,, ngelunjak, emang aku cewek apaan, ingat,, tadi itu Cuma
karena aku menghormati mas Rahadi yang menyuruh mu menemaniku berenang
lhoo,”
“Masa sih, jadi bukan jinak-jinak merpati,”
“Apaan sihh,, lagian batang segede gini mana ada yang mau, Cuma bisa bikin cewek nangis kesakitan, hahahaa,,”
“Awww,,, sakit tau,” Bandi menjerit ketika tiba-tiba tangan Anjani
benar-benar memiting batangnya yang dalam kondisi siap tempur sempurna,
dan sialnya gadis itu justru tertawa melihat deritanya.
Tanpa setau Bandi, dibalik tawa Anjani, jantung gadis itu justru
berdebar, tidak menyangka batang yang tadi sempat digenggamnya meliki
ukuran yang benar-benar besar.
“Woooyyy,,, ni ku bawain air, kalo mo minum cepet kesini,” terdengar teriakan Rahadi yang membawa tiga botol pulpy orange.
“Terimakasih dii, tapi air disini masih banyak, apalagi ada sumurnya, dijamin ga bakal habis,” jawab Bandi serampangan.
“Sumur?,, mana ada?” tanya Anjani yang bingung.
“Ada koq, biar kecil tapi juga bisa nambahin air kan?”
“Iiihhh ngaco,,” Anjani segera memalingkan tubuhnya membelakangi
Bandi saat menyadari mata Bandi yang melototi selangkangannya yang
terendam.
“Tuu kan, jinak-jinak merpati, kalo ada suami langsung balik kanan nyari aman,”
“ngga Koq,,” jawab Anjani sambil melengos.
“Berani nerima tantangan?,,buktikan dengan ambil tu lampion “
Tubuh Anjani kembali berbalik,
“mana bisa?,,tinggi banget,, lagian itu tidak menantang”
Bukannya menjawab Bandi justru menyelam ke dalam air.
“Aaaaaaa,,,, Anjani menjerit ketika tubuhnya terangkat dari dalam
air, dan gilanya wajah Bandi tepat berada di depan selangkangannya.
“Sialan kau Bandi,, Kupastikan Nabila akan menerima balasannya,,”
dengus Rahadi, tekadnya semakin bulat untuk kembali menunggangi tubuh
montok Nabila dan menuntaskan permainan yang tertunda.
“Cepet ambil, tubuhmu ternyata berat juga,,”
Jelas Bandi berbohong, tangannya yang menopang tubuh Anjani justru
meremas-remas pantat Anjani, membuat gadis itu salah tingkah dihadapan
Rahadi. Tangannya berusaha meraih lampion yang masih dua jengkal
diatasnya. Berharap Bandi segera menurunkan tubuhnya.
“Aaaahhssss,, Maass Bandi,, kamu ngapaaaaiinnn,, Aggghhhh,,,” Anjani
terkaget, celana dalamnya dibentot Bandi ke samping, dan dengan cepat
bibir Bandi yang telah siaga menyerang bibir bawahnya.
“Aaaggghhh,,, gila kau Maaasss,,, itu ada suamikuuu,,Ooowwwhhh,, stoop,”
Bandi mendongakkan wajahnya yang tepat berhadapan dengan vagina ranum yang menganga,
“Ternyata benar, kau memang jinak-jinak merpati,” ledek Bandi. Lalu kembali menyelipkan lidahnya ke vagina yang tengah galau.
“Ooowwwwhh,, tidaaak kau saaalaaahh,,aku berani koq nakal didepaaan
Rahadi,, Aaahhh,,,masuuukiiiinn lidaaahhhmuu lebbiiihhh dalaaaammm,,
Aaggghhh gilaaaaa,,,”
Anjani kembali mencoba meraih-raih lampion, berharap suaminya tidak tau dengan apa yang tengah terjadi antara dirinya dan Bandi.
“Ooowwwhhhssss,, Aaaahhh,,, dasar lidah buayaaaa,, panjang banget
lidaaahh masuuukkk,” Pantat Anjani bergerak-gerak, bukan untuk mengelak,
tapi untuk memudahkan lidah Bandi mencecapi kalenjer vaginanya yang
semakin deras keluar.
“saaayyaaaaang,,, apa kau tidak melihaaat,, vagina istrimuuu,, Aaahhh,,,”
“Vaginaaa istrimuuu dinikmati lelaki laaaiiinn,,, Uuuuggghhh,,, Aaahhhssss,,,”
Seeerrr,,, seeerrr,,, seeerrr,,,tubuh Anjani mengejang, bibir
vaginanya menyemburkan cairan yang tepat memasuki mulut Bandi yang
tengah terjulur menjilat-jilat.
“Aaaahhhhh,,, Mass Bandi,,,, gila kamuuu,,”
Bandi perlahan menurunkan tubuh mungil Anjani, menggendong menahan
dengkulnya dengan kedua tangan, kini wajah mereka berhadap-hadapan. Mata
bulat Anjani dapat melihat dengan jelas wajah Bandi yang basah oleh
cairan vaginanya.
“Ternyata hanya sebatas itu kenakalanmu,, baru sebentar udah keluar,,hehehee,,”
“Asseeemm,, apa tadi kurang nakal,, Ok, kalo masih kurang, tapi jangan salahkan aku jika Rahadi menghajarmu,”
Tangan Anjani terulur kedalam air, menyelusup kedalam celana pantai
Bandi, meski gemetar dengan pasti tangannya menarik keluar batang yang
sedari tadi sudah dalam kondisi siap tempur.
“Aku yakin,,, kau pun tidak akan bertahan lama jika kayumu ini
dipiting oleh milikku,,, Aaaahhhh,,,” meski tidak yakin vagina mungilnya
dapat menerima besarnya batang Bandi, tapi Anjani tidak ingin terus
diledek dan diremehkan.
Kedua insan yang tengah diamuk birahi itu kini begitu kompak
bekerjasama. Bandi perlahan menurunkan tubuh Anjani, sementara jemari
lentik gadis itu memastikan batang Bandi berada pada jalur yang benar
menuju vaginanya.
“Aaaggghhhh,,, pelaaann,,, coba lagiii,,, turunkaan lagiii,, Aaahhh,,,”
Batang Bandi melengos kedepan dan kebelakang, tak mampu menembus vagina mungil dan sempit milik istri temannya.
“Oooowwwhhh,,, taaahhhaaann,,, biar aku yang bergeraaakk,, aaaaggghhhh,,, massssuuuk,,”
Anjani yang merasakan kepala penis Bandi telah berada di dalam
vaginanya, perlahan semakin menurunkan tubuhnya, hingga lorong
kemaluannya benar-benar terasa penuh.
“Maassss,, maaf maaasss,,, aku benar-benar telah memasukkan penis
temanmu ke dalam tubuhku,” rintih hati Anjani, yang masih tidak percaya
tubuhnya dinikmati lelaki lain tepat di depan suaminya.
“Maaass Bandi,, Apaaakaaahh ini cukuuup untuk membuktikaaan kalo aku naakaaal,,”
“belum, ini belum cukup, cantik.”
“Yaaa,, aku rasa jugaa begituuu,,, ini belum cukuuup,, setidaknya
hingga vagina mungilku dapat memaksa spermamu memenuhi rahimkuuu,,
Aaagghhh,,,”
Di sebrang kolam, mata Rahadi melotot saat mendapati celana dalam istrinya telah mengambang di atas air.
“Siaaalaan kau Bandi,”
“Arrghh,,, kauuu diaaam sajaaa,,,bukankah kau ingiiin aku terlihaaat nakaaall di depaaan suamikuuu,,, Aahh,,aahhh,,,aahh,,,”
Anjani meminta Bandi berhenti bergoyang, gadis itulah kini yang
memegang kendali, pantatnya bergerak cepat, turun naik diatas air
menciptakan riak yang semakin besar.
“Mass Bandii,,, sesaaaak bangeeeett,,, aku gaa kuaaaat,,, aku kalaaaahh lagiii Aaahhhh,,,”
“Bila kau memang ingin terlihat nakaaal, biarkan aku menyetubuhi mu di depan Rahadi,,, beraniii?,,, Eeeehhhsss,,”
Anjani yang sudah benar-benar tak berdaya hanya dapat mengangguk.
Meski tak tau apa yang akan dilakukan Bandi, tapi baginya sama saja.
Anjani memejamkan matanya, pantat montoknya terus bergoyang menikmati
batang yang begitu besar bagi vagina mungilnya. Sementara Bandi perlahan
berjalan mendekati Rahadi yang dasar kolamnya lebih dangkal. Nafas
Rahadi tercekat, kini di hadapannya terpapar pemandangan yang begitu
ironis, gairahsex.com dengan mata terpejam tubuh mungil Anjani bergerak
liar. Lorong kemaluan mungil dan sempit milik istrinya yang selalu
dibanggakannya, memaksakan melumat sebuah batang besar, lebih besar dari
miliknya.
“Aaaaghhhh,,,, Maasss Bandi,,,,” Anjani terpekik saat Bandi mulai
memberikan perlawanan, ini jauh lebih nikmat dari apapun, mata sendu
yang menyiratkan kepasrahan menatap Bandi dengan mesra, namun sesaat
kemudia terkaget saat mendapati tubuhnya tepat berada di antara kedua
kaki suaminya yang menjuntai.
“Maaasss,,, maaaf maasss,,, ini hanya sebuah permainan tantangaaaaannn,,,”
“Aaaagghhhh,,,,ooowwwwwhhh,,, ga kuaaaat,,, Anjani ga kuat Masss,,”
tangan Anjani terulur meraih tangan suaminya seiring tubuhnya yang
bergetar hebat mendapat gempuran batang Bandi yang semakin brutal.
Vaginanya semakin sempit menjepit,
“Aaaaaaggghhhhhh,,, Massss,,, besaaaar maaassss,,, batang temaan mu sangaaaat besaaaaarrr,,, Aaaahhh,,,”
“Aaaaaggghhhh,,, Diii,,, sempit bangeeet,, milik istrimu sempiiitt bangeeeeettt,,,”
“Akkuuuu harusss menyemprotnya di daaalaaam Di,,, Semproooottt di
daaalaaam vaginaa istrimuuu,,, Aaahhhhh,,,” Bandi mencengkram pinggul
Anjani dengan kuat, menancapkan batangnya jauh ke dalam lorong yang
semakin menyempit. bermili-mili sperma menghambur, berdesakan memenuhi
kantong rahim Anjani.
Anjani seakan tidak percaya melihat kehebohan Bandi, lelaki itu
orgasme di dalam tubuhnya dengan begitu dahsyat. Tanpa sepengetahuan
Rahadi, Anjani berusaha semakin mengencangkan otot vaginanya, meyakinkan
Bandi dapat benar-benar menikmati liang kemaluannya.
“Maafin Anjani Mas,,”
Rahadi berusaha tersenyum. Lalu jatuh pingsan… Gubrak..
No comments:
Post a Comment