AGEN POKER
Cerita Dewasa / Cerita Sex / Cerita ABG / Cerita Dewasa Hot / Cerita Dewasa SMA / Kumpulan Cerita Dewasa
Dalam hati Bandi mengumpat mendengar usul yang ditawarkan oleh Darto,
usul gila yang dengan cepat disetujui oleh atasannya Pak Tama, dan
kedua teman yang juga memegang jabatan manager. Hari itu, Kantor Bandi
menerima kunjungan pimpinan pusat yang menetapkan kantornya sebagai
cabang perusahaan dengan kinerja terbaik, memberikan bonus liburan dan
berhak untuk menggunakan cottage milik perusahaan yang ada disalah satu
pesisir pulau jawa.
Tentunya ditambah bonus sejumlah uang. Namun di
antara berbagai kegembiraan itu mungkin Bandi lah orang yang paling
berbahagia. Ya,,, atas bantuan Pak Tama, Bandi disetujui oleh pimpinan
pusat untuk menempati bangku pimpinan yang sebelumnya ditempati oleh Pak
Tama. Pak Tama sendiri atas prestasinya diminta untuk membantu pusat.
Setelah rombongan pusat meninggalkan ruangan, Pak Tama langsung
mengangkat gelas yang hanya diisi air mineral mengajak bawahannya untuk
bertoast ria. Walau bagaimanapun ada kebanggaan atas penghargaan yang
diberikan. Namun Pak Tama dengan berat hati menyampaikan bahwa dirinya
tidak dapat ikut serta dalam liburan itu, karena telah memiliki janji
tersendiri dengan istrinya untuk sebuah liburan di pulau dewata. Bandi
tidak begitu peduli dengan keabsenan Pak Tama, toh dirinya tetap dapat
mengikuti liburan rombongan kantor bersama istrinya. Dan ini dapat
menjadi kado bulan madu bagi istrinya yang baru dinikahi 3 bulan lalu.
“Tapi apakah Pak Tama tetap tidak mau ikut rombongan walaupun
nantinya kami mengadakan sebuah game dengan perjanjian yang menarik?,”
celetuk Darto.
“Perjanjian?, emang kalian udah bikin perjanjian apa?” Tanya pak Tama
sambil menatap Darto dan Bandi bergantian. Seperti halnya Pak Tama,
Bandi yang tidak pernah membuat perjanjian apapun tentang liburan pada
Darto, pun dibuat bingung.
“Ya, sebagai ucapan terimaksih, Saya dan Bandi ingin mengusulkan
sebuah permainan, untuk membuang kejenuhan atas rutinitas kita,
bagaimana jika nanti selama liburan disana kita membebaskan pasangan
kita untuk dirayu oleh sesama kita,” papar Darto
“Maksudmu?,” Tanya Pak Tama meminta penjelasan yang lebih mendetil.
“Ya,,, bagi mereka yang beruntung, mungkin dapat dilanjutkan dengan
rayuan diatas ranjang, dan atas dasar perjanjian awal tentunya kita
tidak boleh melarang untuk ‘penuntasan akhir’ atas usaha kawan kita,”
“Saya pikir permainan ini bisa menjadi referensi kepuasan bagi kita,
yang setau saya selalu setia dengan istri masing-masing, tentang ‘cita
rasa’ dan ‘varian kenikmatan’ dari wanita cairann istri kita,”
tambahnya.
“Gila,, bagaimana mungkin usul itu meluncur dengan lancar dari mulut
Darto, apalagi dengan membawa-bawa namaku,” Hati Bandi mengumpat. Namun
ketika dirinya ingin menampik usul Darto, Bandi melihat wajah Pak Tama
yang berbinar sambil menganggukkan kepalanya tanda setuju.
“Kenapa perjanjian ini harus mengatas namakan balas budi, sialan,”
hati Bandi kembali mengumpat ketika menyadari sulit baginya untuk
mengelak dari permainan ini.
“Yang bener Meennn,,, pastinya loe juga ngajak istri loe yang alim
itukan?,” seru Hanif memastikan Darto mengajak istrinya yang biasa
menggunakan busana tertutup lengkap dengan penutup kepalanya. Darto
mengangguk pasti.
Sesaat Bandi terdiam, Cut Zahra istri sahabat karibnya itu memang
memiliki daya tarik tersendiri dari tubuhnya yang selalu tertutup, wajah
putih bersih, berdagu lancip dan hidung yang mancung.
“Uuuugghhh,,,benar-benar tawaran yang menggiurkan, terlalu sayang untuk dilewatkan, tapiii,,,” Kini justru Bandi yang bingung.
Mungkinkah, dalam liburan ini dirinya dapat mencumbu tubuh Zahra,
atau bahkan kalau memungkinkan dapat sedikit berkenalan dengan
selangkangan wanita yang menjadi fantasi seksnya sebelum menikah dengan
Nabila, istrinya.
“Tapi, agar permainan ini semakin seru, kita tidak boleh
memberitahukan istri-istri kita tentang permainan ini, disamping untuk
menghindari timbulnya pertengkaran suami istri, saya rasa ada tantangan
tersendiri bagi kita untuk dapat menikmati tubuh target kita,” ucap
Darto dengan tatapan tajam ke arah Bandi, dihias senyum penuh makna.
Bandi bingung dengan tatapan itu, muncul pertanyaan besar di
kepalanya, apakah Darto yang menjadi temannya sejak bangku SMP itu
memang menjadikan istrinya sebagai target utama dalam permainan ini.
Sekilas Bandi teringat pernyataan Darto dihari pernikahannya, yang
mengakui keindahan tubuh istrinya, saat melototi tubuh Nabila yang
dibalut kebaya transparan yang sangat ketat dengan puring tipis yang
hanya menutupi bagian dada.
“untuk Pak Tama, sepertinya kita harus memberikan persyaratan tambahan, bapak hanya boleh mengajak simpanan bapak,”
“Hahahaha,,,” celetukan dari Hanif, kontan membuat Pak Tama terbahak
tertawa, Bandipun tersenyum kecut mengingat istri sah Pak Tama, Bu Sofia
yang merupakan aktifis arisan ibu-ibu pejabat.
Sebenarnya, Bu Sofia, istri pak Tama yang telah memasuki umur 40-an,
masih terbilang cantik dan selalu tampil seksi dengan pakaiannya yang
selalu mengekspos daerah terlarang, dan pastinya masih sangat layak
pakai. Hanya saja yang membuat tidak kuat adalah mulutnya yang selalu
aktif mengkritik setiap sesuatu yang tidak sesuai dengan hatinya. Alias
cerewet. Mungkin itulah sebabnya Pak Tama memilih sebuah hubungan
rahasia dengan Shita, resepsionis kantor yang terkenal montok dan murah
hati kepada kaum lelaki dalam hal berpakaian, dan tentunya lebih penurut
dibandingkan Bu Sofia.
“Tidak, tidak,,, Pak Tama silahkan saja mengajak kedua istrinya,
dengan tetap merahasiakan hubungannya dengan Shita bukankah kita
melakukan permainan ini dengan diam-diam, karena bisa saja saya berhasil
mendapatkan tubuh Bu Sofia dengan meminjam kamar kalian, dan pastinya
Pak Tama tidak bisa melarang saya untuk melakukan itu, bukan begitu Pak
Tama?” papar Darto.
Pernyataan Darto sontak membuat Bandi, Hanif dan Rahadi terkejut, kata-kata Darto sudah kelewat batas, meskipun dirinya
memang memiliki hasrat yang sama untuk menunggangi tubuh montok istri
Pak Tama itu, tapi tidak selayaknya hal itu diungkapkan langsung
dihadapan Pak Tama, yang nota bene adalah atasannya.
“Whuahahaha,,, saya selalu suka dengan ide gilamu, Darto, silahkan
nikmati Sofia sepuasmu bahkan kalau kau juga ingin mencicipi Shita
silahkan saja, tapi jangan salahkan saya bila nanti membuat istrimu yang
alim itu terkapar oleh ku,” jawaban Pak Tama membuat Darto tersenyum
kecut. ternyata tidak hanya Darto yang tersenyum menyambut tawaran Pak
Tama tetapi juga Rahadi, Hanif dan tentu saja Bandi.
“OK,,, jika semua memang semua telah sepakat, ada baiknya kita
mempersiapkan istri-istri kita untuk menyambut pertempuran yang panjang
besok lusa,” Pak Tama menyudahi rapat tambahan para pimpinan itu dengan
tertawa terbahak.
“Tunggu pak, saya hanya ingin memastikan, perjanjian ini hanya
berlaku saat liburan sajakan?” semua tersenyum dengan pertanyaan Rahadi
yang sedari tadi lebih banyak diam dan hanya mengangguk-agukkan kepala.
Anjani, gadis remaja yang dinikahi Rahadi hampir berbarengan dengan
hari pernikahan Bandi itu memang seorang gadis lugu yang dinikahinya
satu bulan setelah gadis itu lulus dari bangku SMU. Pastinya Rahadi
tidak berbeda dengan Bandi yang merasa keberatan dengan permainan yang
diusulkan Darto, karena mereka sendiri masih belum puas mengayuh tubuh
istri mereka.
“Itu Pasti, permainan kita ini cukuplah menjadi skandal saat liburan,
karena tentunya kita tidak ingin rumah tangga kita ataupun rumah tangga
rekan kita berantakan,” pungkas Darto sambil merapikan beberapa berkas
yang ada dihadapannya.
##################
Bandi yang duduk santai di depan TV rumahnya sesekali menatap istrinya yang tengah menyiapkan makan malam mereka.
“Ada-ada saja permintaan Pak Regar itu, komentar dan sikapnya selalu
saja bikin orang emosi,” keluh istrinya sambil meletakkan piring berisi
ikan Nila yang baru digoreng.
“Ada apalagi dengan Pak Regar, Dia masih sering menggodamu,” Bandi
memandangi tubuh semampai yang berjalan menuju freezer disampingnya.
tubuh Nabila terbilang langsing dengan pinggul yang bertaut serasi
dengan bongkahan pantat montok yang selalu bergetar mengiringi tiap
langkah kakinya.
“Sungguh aku gak relaaa,,,” bibir Bandi mendesah pelan ketika
teringat obrolan dikantornya tadi siang, bagaimana mungkin dirinya
membiarkan tubuh indah itu ditunggangi oleh teman-teman sekantornya.
“Apa? Bicaramu selalu saja pelan, bagaimana aku bisa mendengar,”
“Oh,,, Tidak,, aku hanya memanggilmu,” Bandi memeluk istrinya dari
belakang, membaui rambut tergerai yang masih sedikit basah, tangannya
mengelus lembut bongkahan pantat yang selalu saja membuatnya bergairah.
Telah sering Bandi ingin mencoba lubang bagian belakang yang ada
ditengah-tengah pantat itu, sebuah seks anal, tapi Nabila selalu saja
menolaknya, dengan berbagai macam alasan, jijik, jorok, takut sakit, dan
puluhan alasan lainnya.
“Sayang,,, aku masih terlalu capek hari ini, aku tidak yakin dapat
melayanimu malam ini, bahkan mungkin aku akan langsung tertidur ketika
menyentuh kasur,” keluh Nabila saat Bandi meremasi payudaranya.
“Hahaha,,, Tidak sayang, aku hanya ingin menawarkan sebuah liburan
kepadamu, apakah kau bisa mengambil cuti untuk beberapa hari kedepan?
Bukankah kau belum mengambil cuti tahun ini,” Bandi mencoba
mengingat-ingat, bahkan pada saat perkawinan mereka, tepat tiga bulan
yang lalu Nabila tidak dapat mengambil jatah cutinya, semua gara-gara
ulah pak Regar manager personalia salah satu Bank swasta tempat Nabila
bekerja.
“Liburan? Kemana? Kapan?,” Wajah Nabila langsung berbinar, mungkin
inilah kesempatan untuk sesaat melepas semua rutinitas yang melelahkan.
“Aku yakin kali ini pasti bisa mendapatkan jatah cutiku,” sambungnya cepat, seakan takut Bandi menarik kembali tawarannya.
“Besok lusa kantorku mengadakan liburan kesalah satu villa di pesisir
pantai, rasanya sangat sayang bila kita melewatkan kesempatan itu,
hitung-hitung kita dapat berbulan madu dengan gratis,”
“Bersama rombongan kantormu?,” dahi Nabila mengerut, dirinya memang
telah lama ingin menghabiskan waktu hanya berdua dengan suaminya. Ingin
sekali Nabila mencoba beberapa busana yang menantang, memperlihatkan
keindahan tubuhnya dalam berbagai balutan busana yang sengaja dibelinya
untuk bulan madu, tapi hanya di depan Bandi. Bandi membaca rona kecewa pada wajah cantik itu.
“Kau boleh mengenakan apapun yang kau mau, bahkan kau boleh melakukan
apa saja disana,” Bandi bingung sendiri dengan kalimat yang
dilontarkannya, kenapa ia justru begitu takut Nabila tidak bisa ikut
dalam liburan kantornya.
“Tapi aku malu, disana banyak teman-temanmu,,,”
“Kenapa harus malu, mereka Cuma teman-teman sekantorku, bahkan
beberapa dari mereka sudah pernah menginap dirumah kita, Ayolah
sayang,,,”
“Tapi,,, apakah nanti aku boleh mengenakan hadiah yang diberikan
Shita pada saat perkawinan kita?” Nabila bertanya dengan pelan, takut
mengundang kemarahan Bandi.
“Hadiah dari Shita?” Bandi mencoba mengingat-ingat hadiah apa yang
telah diberikan oleh staff yang menjadi istri simpanan Pak Tama itu.
“Owwgghh,,, dua lembar pakaian renang One Piece dan two piece, kenapa
pula Shita menghadiahkan pakaian semacam itu diacara pernikahan,” Bandi
mengumpat, jika Nabila menggunakan itu maka tak ubahnya seperti
menjajakan tubuhnya untuk dijamah dan dilahap teman-temannya.
“Yah,, mungkin kau bisa menggunakan salah satunya, dan menurutku one
piece tidak terlalu jelek untukmu,” timpal Bandi cepat, One piece lah
pilihan terbaik dari yang terburuk.
Bandi merinding ketika Nabila menyambut usulnya dengan wajah yang
tersenyum. Ruangan menjadi senyap, masing-masing sibuk dengan
pikirannya. Tidak ada lagi percakapan serius hingga mereka selesai makan
dan beranjak ke tempat tidur.
Paginya Bandi melahap roti cairan kacang
dengan sedikit enggan, matanya terus memandangi tubuh Nabila yang
dibalut seragam biru muda dengan list putih disetiap sisinya. Sungguh
tubuh yang mempesona, apalagi seragam itu melekat ketat, wajarlah bila
banyak lelaki yang menggoda. Tapi, heeyy,,, kenapa Nabila mengenakan
seragam yang lebih ketat dari hari-hari biasanya, tidak salah lagi itu
adalah seragam yang telah lama dikeluhkannya karena sudah terlalu kecil
untuk membalut tubuhnya yang semakin montok.
Seragam itu telah lama
tidak digunakannya. Bahkan rok yang sudah terlalu kecil itu berhasil
mencetak dengan indah segitiga celana dalam yang membalut bongkahan
pantat yang padat, dan lebih tinggi beberapa sentimeter dari rok yang
biasa dikenakannya.
“Mas, sebenarnya aku tidak yakin bisa mendapatkan cuti untuk liburan besok,” suara Nabila mengagetkan lamunan Bandi,
“Memangnya kenapa?”
“Ya, kau tau sendiri bagaimana sikap dan tingkah laku Pak Regar, aku
tidak mau dia mengambil kesempatan atas permohonan cutiku ini,” ucap
Nabila sambil mengangkat roknya lebih tinggi untuk mengenakan stocking,
hingga Bandi dapat melihat celana dalam yang dikenakan istrinya, dengan
cepat birahinya terbakar.
“Ayolah sayang, aku rasa kau bisa sedikit menggodanya untuk
mendapatkan izin itu, dan aku yakin kau dapat melakukannya,” kalimat itu
mengalir dari mulutnya dengan dada yang bergemuruh, paha jenjang yang
mulus siapa yang tidak tergiur bila kaki indah itu melenggang dengan
seksi. Bandi bingung dengan perasaan yang menyesak didadanya, entah
kenapa dirinya kini justru ingin sekali memamerkan keindahan itu kepada
teman-temannya.
“Baiklah sayang, semoga aku bisa melakukannya, tapi kau harus tau aku
melakukan ini semua hanya untukmu,” ucap Nabila yang telah siap dengan
sepatu hak tinggi. Jemari lentiknya mengambil kunci mobil Yaris yang
tergeletak disamping tv.
############################
Di kantor Bandi tidak dapat bekerja dengan tenang, pikirannya
dihantui berbagai misteri yang akan disuguhkan dalam liburan mereka
nantinya. Di ruang sebelah, dari dinding pemisah ruangan yang
keseluruhan menggunakan kaca, Bandi tersenyum melihat Rahadi, keponakan
Pak Tama yang tampak asyik berbincang dengan Shita.
Tampaknya pemuda
yang masuk dalam lingkungan kerjanya dengan jalan KKN itu mulai berusaha
menggoda Shita, wajar saja karena dalam liburan nanti dirinya memiliki
kebebasan penuh untuk mendapatkan tubuh bahenol dari simpanan pamannya
itu. Pukul 15.30, Bandi yang melirik jam di ruangan, merasakan waktu
berjalan dengan sangat lambat.
“Heeii,,heii,,heeiii,,Apakah kalian sudah siap dengan liburan esok,” teriak Darto ketika melewati pintu kacanya yang terbuka.
Bandi mendapati sesosok tubuh semampai terbalut jilbab putih
dibelakang Darto. Melemparkan senyum termanis dengan lesung pipit yang
mengapit dikedua pipinya, matanya berbinar indah, dengan raut muka yang
penuh keramahan dan keakraban. Ya,,, sebuah senyum yang selalu saja
membuat hati Bandi tak berkutik.
Cut Zahra, dokter muda istri sahabatnya itu memang memiliki sejuta
pesona bagi dirinya. Bandi sendiri tidak habis pikir, bagaimana mungkin
gadis kalem dan lembut itu justru memilih Darto yang terkadang urakan,
untuk menjadi teman hidupnya.
“Untuk liburan besok, Aku dan Zahra telah mempersiapkan semuanya, dan
aku harap kau dan istrimu juga begitu,” ucap Darto sambil memeluk
pundak istrinya.
“Aku harap kau mengajak Nabila, karena liburan ini pasti akan sangat
menyenangkan,” sambung Zahra, Darto mengedipkan matanya ke arah Bandi
sambil menyeringai.
“Ya pasti liburan ini akan sangat menyenangkan,” balas Bandi yang tersenyum kecut.
Seandainya Zahra tau, Darto suaminya telah mempersilahkan kepada mereka untuk berlomba mendapatkan tubuh indahnya.
“Apa kau benar-benar merelakan wanita alim itu disantap oleh
teman-temanmu,” bisik Bandi, setelah Zahra meninggalkan mereka untuk
mengambil beberapa barang di ruang kerja Darto.
“Justru itu, aku sangat ingin melihat semuanya terjadi, tentunya
tanpa membuatnya marah, dan aku rasa kau bisa membantuku,” Bandi
tercengang dengan jawaban sahabatnya sejak di bangku SMP itu.
Dengan langkah santai Darto menggamit pinggul Zahra melangkah keluar.
Tepat didepan pintu, tanpa diduga Darto meremas pantat istrinya yang
dibalas tatapan tajam Zahra yang marah atas ulah suaminya.
##############################
Bandi mencoba mencoba memejamkan matanya di atas sofa di ruang tamu rumahnya.
“Uuuggghhh,,,” Bandi menghela nafasnya, minggu ini benar-benar hari yang melelahkan bagi batinnya.
AGEN POKER TERPERCAYA
Nabila dan Zahra, dua sosok wanita yang memiliki kesempurnaan tubuh
yang sering diimpikan dan dimiliki kaum hawa. Nabila dengan gayanya yang
riang dan supel membuat semua lelaki berlomba untuk berakrab ria
dengannya sambil mengagumi setiap lekuk bagian tubuh yang sempurna.
Sedangkan Zahra, sosok wanita kalem dengan senyum yang menawan dan mata
yang teduh, membuat para lelaki merasa betah untuk berlama-lama mencumbu
keindahannya.
Hanya saja bagi Bandi, Zahra memiliki arti lebih dari
sekedar seorang wanita yang ramah, di balik tubuhnya yang selalu
tertutup oleh gaun putih khas seorang dokter, Zahra memang memiliki
mistery yang begitu besar. Sayup-sayup dirinya mendengar suara mesin
mobil memasuki halaman rumahnya. Tak lama terdengar suara Nabila yang
bersenandung riang, memasuki rumah. Bandi terjaga dari lamunannya.
“Sayang, aku telah mendapatkan cuti seperti yang kau mau,” seru Nabila riang, mengecup kening Bandi yang tengah tiduran.
“Oh yaa?,,, bagaimana cara kau mendapatkannya, bukankah itu tidak mudah?,”
“Ya, seperti yang kau katakan tadi pagi, aku harus sedikit
menggodanya,” Nabila mengambil nafas panjang sebelum melanjutkan
ceritanya.
“Untuk mendapatkan cuti yang kau inginkan, aku harus melepas dua
kancing bagian atas blazer ku ketika memasuki ruangannya, bahkan ketika
duduk di depannya aku sengaja melipat kedua pahaku untuk memberikan Pak
Regar sedikit tontonan yang menarik, berharap orang tua itu dapat
langsung memberikan izinnya.”
“Lalu?” sambar Bandi cepat dengan suara yang dibuat sesantai mungkin.
Matanya menatap rok Nabila yang semakin tertarik keatas ketika istrinya
itu duduk disampingnya, pikirannya mecoba membayangkan suguhan apa saja
yang telah diberikan istrinya.
“Dan seperti katamu, tidak mudah untuk mendapatkan izin itu, orang
tua itu justru semakin ngelunjak ketika aku mengajukan permohonan cuti,
dia memintaku untuk menemaninya mengobrol disofa diruangannya, dan tahu
kah kau apa yang dilakukannya selama obrolan itu terjadi,” Nabila
berhenti sejenak untuk mengatur nafasnya.
“Dia mulai berani meraba pahaku ini, bahkan berulangkali mencoba
memasukkan jemarinya kedalam rok sempit yang jelas tidak akan cukup
untuk tangan gemuknya, meski aku tau usahanya sia-sia, aku tetap menepis
ulah usilnya itu,” Nabila mencoba menutup ceritanya sambil mengecup
bibir suaminya.
Dengan sangat bernafsu Nabila meneguk minuman dingin milik Bandi yang ada di depannya.
“Baiklah, Banyak persiapan yang harus kulakukan untuk besok, dan aku
tidak ingin ada barang penting yang tertinggal nantinya,” Nabila
beranjak dari duduknya, meski wajahnya sedikit pucat karena kelelahan
setelah bekerja sehari penuh, namun wanita cantik itu terlihat begitu
bersemangat menyambut liburan.
Sementara Bandi sibuk mengingat-ingat sosok tambun Pak Regar, dengan
jari-jari tangan yang juga dipenuhi lemak. Tubuhnya yang pendek membuat
pria paruh baya itu semakin membulat. Namun seberkas noda yang mengering
pada rok bagian belakang Nabila membuat Bandi meloncat dari peraduan.
“Apakah hanya itu yang dilakukannya padamu,” sela Bandi sambil
perlahan menarik Nabila hingga kembali duduk disampingnya. Entah mengapa
Bandi begitu penasaran dengan noda yang dilihatnya.
“Ya,,,Setelah tidak berhasil mendapatkan apa yang diinginkannya pada
bagian bawah tubuhku, tangan yang dipenuhi bulu itu menghiba kepadaku
untuk bisa merasakan sedikit kepadatan payudaraku,”
Bandi mendengarkan cerita istrinya dengan jantung yang mulai berdegub
kencang, meski ada rasa cemburu disana tapi tak ada sebersitpun gelora
amarah, entah mengapa?.
“Selama dia melakukannya dari luar blezerku kupikir tak mengapa, dan
bisa kau tebak bagaikan anak kecil yang mendapat mainan baru, tangannya
bergerak cepat meraba, meremas dan terkadang mencubit dengan kuat hingga
membuatku sedikit menjerit. Tapi tak lama kemudian Pak Regar
mengeluhkan blazerku yang terlalu tebal dan memintaku untuk melepas
beberapa kancing yang tersisa. Aku teringat akan pesanmu tadi pagi untuk
memberikan sedikit tontonan pada orang tua yang sudah hampir pensiun
itu, jadi biarlah dirinya mendapatkan sedikit keindahan dari tubuhku,
toh aku masih mengenakan blus yang menutupi tubuhku” Suara Nabila
semakin berat, matanya menerawang mencoba mengingat kejadian tadi siang.
“Lalu?” Tanya Bandi dengan suara tercekat.
“Yaaa,, aku mempersilahkan tangan gemuknya itu masuk kedalam blazerku, tohhh masih ada blus yg menutupi tubuhku,”
“Dan Mungkin hari itu memang hari keberuntungan baginya, karena aku
mengenakan bra yang terlalu tipis, jadi sangat mungkin jemarinya dapat
merasakan kedua puting payudaraku yang mengeras karena godaannya. Tapi
bukan Pak Regar jika tidak melakukan berbagai kejutan-kejutan,”
“Kejutan? Apakah dia mencoba memperkosamu?”
“Tidak,tidak,,, kukira dia tidak akan berani melakukan itu, dia hanya
menyerang bibirku dan berusaha memasukkan lidahnya yang basah kedalam
untuk merasakan lidahku. Bibirku yang tertutup rapat dan terus menolak
justru membuat wajahku basah oleh jilatannya, karenanya aku membuka
sedikit bibirku agar pria itu tidak melakukan tindakan yang menjijikkan
itu.
Bagai orang yang haus, lidahnya berusaha menarik bibirku untuk
bertandang ke dalam mulutnya, bahkan berulangkali menyedot ludahku, aku
tak kuasa menolak undangan itu, dan tau kah kau sayang?,,,ternyata
lidahnya begitu panas, mengait dan menghisap lidahku yang akhirnya ikut
menari-nari dalam mulutnya,”
Tanpa sadar Bandi meneguk liurnya. (Kalo pembaca budiman yang lagi
tegang mendengar penuturan Nabila, ingin meneguk ludah juga, boleh
koq,,, hahaha)
“Namun justru di situ kesalahanku, di saat lidahnya beraksi dengan
nakal dan harus kuakui aku terbuai, tanpa kusadari tangannya berhasil
membuka beberapa kancing atas blus-ku dan terus menyelusup kedalam bra,
dan akhirnya dia berhasil mendapatkan apa yang diinginkannya, kedua
payudaraku diremasnya bergantian, sesekali mulutku menjerit tertahan
dalam pagutan bibir tebalnya ketika tangannya meremas terlalu keras.”
Bandi tak mampu menahan tangannya untuk tidak bertandang kedalam blus
Nabila yang telah melepas blezernya, seakan tak ingin kalah dengan
cerita istrinya. Bandi meremas kedua bukit kembar itu dengan kuat,
membuat Nabila memekik. Nabila mencoba mengangkat pantatnya mencoba
membantu Bandi yang kini berusaha menyingsingkan rok ketat itu ke
pinggulnya. Nabila sangat paham dengan tingkah suaminya yang sedang
birahi. Sesaat Bandi memandangi dua paha mulus yang bertemu pada kuncup
selangkangan yang begitu indah.
Stocking yang masih melekat pada kaki
Nabila membuat bagian bawah Nabila semakin menggoda. Bandi membaui
vagina istrinya yang basah. Tanpa menunggu persetujuan Nabila, Bandi
yang sudah melepas celana kolornya berusaha melolosi celana dalam putih
yang menutupi kemaluan yang ditumbuhi semak hitam. Nabila hanya bisa
pasrah ketika kakinya semakin terbuka, mengangkang, menyambut hujaman
batang milik suami tercinta,
“Uuuummhhhh,,, milikmu masih yang terbaik sayaaaang,,,,” dengusnya
saat batang itu memenuhi rongga yang semakin basah. beberapa saat Bandi
menggoyangkan pantatnya dengan pelan.
“Lalu, apakah bibirnya berhasil mencicipi dua payudaramu ini?” Tanya Bandi dengan suara bergemuruh.
“Oooohhh,,, tidak sayaaang,,, diaa justru memaksa bibirku untuk
menerima penisnya, yang entah sejak kapan sudah terpampang di depan
wajahku, dengan sedikit ancaman akan membatalkan izin cuti untukku, dan
lagi-lagi dia berhasil mendapatkan yang diinginkannya, memasukkan penis
hitam ituuu,, ke dalam mulutkuuuu,” Suara Nabila terengah-engah, disatu
sisi dirinya harus jujur dan menceritakan semua yang telah terjadi, di
sisi lain vaginanya yang terus mendapat hujaman-hujaman keras dari
batang Bandi memberikan stimulan kenikmatan ke otaknya, membuatnya tak
mampu lagi menyortir apa dan bagian mana dari pengalaman gilanya yang
harus disembunyikan.
“Apakah miliknya panjang dan sebesar milikku?” keegoan sebagai
seorang lelaki muncul dihati. Bandi semakin cepat mengobok-obok vagina
yang menganga pasrah.
“Tidak sayang, miliknya jauh lebih pendek dari milikmu, hanya saja
batang itu begitu gemuk, mulutku sempat kewalahan meladeni goyangannya
yang semakin cepat, dan akhirnyaaaaaa,,,”
“Mampukah mulutmu ini memasukkan semua batang penisnya,” dengus
Bandi, pantatnya menghantam selangkangan Nabila bagai orang kesurupan. Dirasakan orgasme hampir menyapanya.
“Yaaa,,, bahkan aku dapat merasakan bagaimana batang itu berkedut,”
Nabila yang terbawa permainan Bandi juga bersiap menyambut orgasmenya.
Dengan kuat Nabila membelitkan kaki indahnya dipinggang Bandi, membuat
penis Bandi semakin terjepit.
“Aaaapa diaaa,,, berhasil menyiramkan speeermanya dimulutmuuu,,,,,”
teriak Bandi bersamaan dengan semprotan pertama yang menghambur keluar.
“Tidaaakkk,,, sayaaaang dia menyemprotkan spermanya tepat dilubang anuuussskuuuu,,, Aaaahhh,,aahh,,”
Badan Nabila berkelojotan ketika tak mampu lagi membendung orgasme,
pantat nya terangkat keatas agar penis suaminya itu menohok semakin
dalam. Pengakuan terakhir yang keluar dari bibir Nabila memberikan
jawaban akan noda yang mongering pada roknya, justru membuat
orgasmenBandi semakin dahsyat. Batang besar itu menghujam semakin dalam,
dan terus menghentak kasar dengan sperma yang terus menghambur keluar.
Tapi bagaimana itu bisa terjadi?, bukankah Nabila tidak pernah bersedia
melakukan anal seks?
“Aaaahhh,,,, Eeemmhhh,,,Aaaarrgghhh,” keberingasan Bandi membuat
kenikmatan yang diterima Nabila semakin sempurna. Seakan tak ingin
kehilangan vagina itu terus mengemut dengan kuat mencari-cari kenikmatan
yang tersisa.
Sesaat keduanya mengatur nafas, pergumulan mereka memang selalu
menghantarkan pada kenikmatan yang dahsyat, tapi kali ini ada sensasi
yang berbeda. Membuat ego Bandi memuncak untuk membuktikan dirinyalah
yang terbaik, dan memaksa Nabila untuk berimajinasi dengan liar atas
pengalaman yang didapatnya hari ini.
“Eee,,,Apakah kau marah padaku?,” Tanya Nabila ragu-ragu disisa
gemuruh nafasnya, walau bagaimanapun Bandi adalah suaminya, dan Nabila
sangat takut kehilangan orang yang disayanginya itu.
“Aku telah berusaha untuk jujur meskipun itu pahit, aku,,, akuu,,
mengakui semua kesalahanku membiarkannya terus bermain dengan tubuhku,”
tambahnya, mencoba menghiba.
Bandi merasa kasihan dengan posisi Nabila yang merasa bersalah, ingin
sekali Bandi mengerjai Nabila dengan berpura-pura marah, namun hatinya
tak tega, dan lagi-lagi entah mengapa, sungguh,,, tak ada rasa amarah di
dada, hanya cemburu membara yang justru membangkitkan libido untuk
bercinta.
“Kurasa tergantung bagaimana kondisimu saat itu, jadi ceritakanlah
semuanya,” ucap Bandi sambil memainkan payudara Nabila yang penuh dengan
tanda merah.
Seingatnya, cerita Nabila tidak pernah menyinggung tentang permainan
bibir atau sedotan pada payudara yang membuat tanda merah, hanya
remasan-remasan nakal dari lelaki tua itu.
“Ku berharap kau tidak menyesal mendengar kejujuran ku ini, dan
berjanjilah untuk tidak marah sayang, karena aku melakukan ini semua
untukmu,” lirih Nabila dengan wajah serius sekaligus memelas.
Bandi yang asyik menambahkan beberapa tanda merah di dada istrinya
itu akhirnya terdiam, “Kenapa aku harus menyesal dan marah, apakah dia
bertindak kasar terhadapmu,” selidiknya.
“Seperti yang kukatakan tadi, mulut ku cukup kewalahan untuk melayani
penis kecilnya, aku tak tau bagaimana mungkin batangnya dapat bertahan
begitu lama, dan aku merasa kasihan dengan wajahnya yang mulai kelelahan
dengan keringat yang mengalir deras dikulit putih pucatnya,”
Penis Bandi menggeliat manja didalam selimut vagina Nabila.
“Lalu apa yang kau lakukan untuk membantunya?,” Tanya Bandi,
dirasakannya batang itu mulai terjaga, menggelitik dinding vagina Nabila
dengan nakal.
“Ya, akhirnya aku mencoba sedikit menarik rokku, dan dia membaca apa
yang ingin kutawarkan untuk menyelesaikan permainan ini. Seakan takut
aku menarik tawaranku, dengan sigap tangannya menarik rok ku semakin
keatas dan menyibak celana dalamku.
Kau pasti tau sayang aku sangat ingin mnyelesaikan permainan itu
secepatnya, agar tidak terlalu merasa berdosa kepadamu, tapi aku juga
tak mampu menolak ketika kepalanya dengan cepat menghilang di
selangkanganku dan lagi-lagi aku merasakaaa,,n lidahnya yang panas
menjilat, mengusap dan menyedot klitoris ku yang sudah sangat basaaah,,
Aaahhh,,,” Mata Nabila terpejam, bayangan akan kejadian tadi siang
ditambah vaginanya yang kembali menerima sodokan pelan membuat wanita
itu kembali melayang mengejar kenikmatan.
“Aku harus mengakui permainan lidahnya begitu nikmat, dan aku tak
mampu menolak orgasme yang menyerang diriku, kulihat Pak Regar
menyeringai tersenyum dengan kumis dipenuhi cairan putih milikku. Meski
baruuu,, saja mendapatkan orgasme, birahiku memaksa tanganku untuk
kembali membenamkan wajahnya di selangkanganku dan berharap lidahnya
memasuki liaaa,,angku sekali lagiii,,,. Aku ingin lidahnya menggelitik
dinding-dinding vaginaku, menggigiiiitt,, klirotiskuuu,,,. Dan memang,
akhirnya lagi-lagi aku menyerah pada orgasme yang begitu nikmaaat,”
Rambut kemaluan Nabila yang begitu lebat membuat Bandi jarang
memainkan lidahnya pada selangkangan istrinya, dan dirinya tidak
menyangka jika istrinya justru sangat menyukai itu, dan kini istrinya
telah mendapatkan kenikmatan itu dari pria lain. Cerita Nabila bagaikan
dongeng mesum yang menghantarkan pada persetubuhan yang sedikit berbeda,
penisnya kembali menyodok dengan mantap. Sementara Nabila berkali-kali
mendesah dalam keasyikannya bercerita.
“Setelah membiarkanku beristirahat beberapa saat, Pak Regar
menawarkan padaku sebuah kesepakatan. Bila aku bersedia menerima
penisnya pada vaginaku maka dirinya akan mempromosikan sebuah jabatan
baru yang selama ini memang kuinginkan.”
“Lalu, apa kau menyetejuinya?” seru Bandi cepat, penisnya semakin mengeras menghentak selangkangan istrinya.
“Yaaa,,, dirinya telah melihat semua bagian intim tubuhku, lagipula
penis miliknya begitu kecil, jadi kupikir tak apalah jika penis itu
beberapa saat mencari kenikmatan di kemaluanku. Sekali merangkuh dayung
dua pulau terlampaui, itulah pikirku, dengan memenuhi keinginannya aku
bisa mendapatkan cutiku dan jabatan yang baru,”
“Aku membuka kedua pahaku dengan lebar, mempersilahkan tubuhnya yang
tambun untuk merapat di selangkanganku dan melakukan penetrasi di
kemaluanku. Awalnya dia memintaku untuk melepas rok dan seluruh pakaian
atasku, gairahsex.com tapi aku malu, tapi kurasa cukup dengan melepas
celana dalam dan mengangkat rokku hingga ke pinggul, dia dapat dengan
bebas menyetubuhiku dan melakukan apapun yang dimaunya dengan
selangkanganku,”
“Seperti yang kuduga, dengan mudah batang itu berhasil memasuki
vaginaku, dan menggoyang selangkanganku dengan kasar. Namun aku harus
kecewa, perutnya yang buncit ditambah penisnya yang begitu pendek
membuat batang itu berkali-kali terlepas dari vaginaku, dan Pak Regar
menangkap kekecewaanku,”
“Agar dia dapat menuntaskan nafsunya dengan cepat Aku mencoba membuka
blus dan bra ku, dan membiarkan bibirnya bertandang didadaku, namun apa
yang dilakukannya itu justru membuatku semakin terangsang, lidahnya
menjilat dan menggigiti putingku ini. Namun usahaku tak juga membuahkan
hasil, penisnya tidak menunjukkan tanda-tanda akan selesai,”
“Akhirnya, aku harus pasrah ketika Pak Regar memintaku mengangkat
kedua lenganku untuk melepas blus ketat ini, tapi dia agak kesulitan
ketika harus melepas rokku yang telalu ketat, sehingga aku harus
melakukannya sendiri dengan berdiri membelakanginya, tapi belum sempat
rok ini jatuh menyentuh lantai aku merasakan lidah yang basah berusaha
menyelusup dibelahan pantatku,”
“Ooowwgghhh,,, sayaaang itu benar-benar suatu pengalaman yang sangat
menggairahkan, seorang atasan yang memiliki wajah galak dan selalu
menggerutu kepada semua staf bawahanya, tengah mendengus penuh nafsu
menjilati lubang anusku.
Aku membungkukkan badanku mencoba memberi ruang
untuk lidahnya yang menjelajah anus dan vaginaku, dan entah kenapa aku
marasa sangat puas ketika melihat matanya diantara belahan pantatku
memohon sedikit kenikmatan dari tubuh istrimu ini sayang,”
“Pak Regar mencoba posisi yang lain, dia memintaku untuk menduduki
penisnya dengan cara membelakangi tubuhnya, Ooohhh,, tahukah kau sayang?
aku sangat malu dengan kondisi dan apa yang sedang kulakukan saat itu,
aku merasa bagaikan seorang pelacur yang bersedia melayani apapun yang
diinginkan pelanggannya. Tapi posisi itu tetap saja sulit, penis itu
selalu terlepas dari vaginaku, bahkan beberapa kali penis itu
menusuk-nusuk liang anusku karena salah sasaran.”
“Lalu Pak Regar kembali menanyakan keinginanku akan jabatan baru yang
ditawarkannya, dia telah berhasil membuatku telanjang di hadapannya
bahkan penisnya telah menjajal vaginaku tentu saja aku tidak ingin rugi,
karenanya aku mengangguk dengan cepat,”
“Tapi lagi-lagi Pak Regar membuat kejutan, yang sebenarnya lebih cocok dengan mencurangi diriku,,” erang Nabila.
“Mencurangimu?, memang apa yang dilakukannya?” kening Bandi berkerut.
“Ya,,, dengan sedikit kasar dia menghentak tubuhku ke belakang, penis
nya yang tepat berada dibawah liang anusku menumbuk dengan keras, aku
berusaha untuk menghindar tapi karena tak mampu menjaga keseimbangan
tubuh, penisnya yang sudah sangat basah oleh cairanku justru semakin
tenggelam dalam anuskuuu,,,”
“Dan lagi-lagi dia berhasil mendapatkan yang diinginkannya, dengan
sedikit hentakan anusku menelan semua batang itu, tapi yang membuatku
heran aku tidak merasakan sakit sedikitpun, eeentah karena penisnya yang
terlalu kecil atau mungkin juga nafsu yang telah
menguaaasaiii,,kuuu,,,,”
“Dan sungguh tak kuduga aku sangat menikmati posisi itu.
Aku
menggoyang tubuhku mengikuti irama hentakan penisnya yang semakin dalam,
aku mencoba mencari orgasme ku sendiri, tapi aku lagi-lagi harus kecewa
saat penis itu menyembur dengan cepat, membasahi liang anuskuuu,, aku
hampir tertawa ketika tangannya memeluk tubuhku dengan kuat dan
memantapkan posisinya penisnya yang menghamburkan bibit benihnya di
anusku, dia mengaku kalah dan mengakui kehebatan jepitan kedua lubangku”
“Aaawww,,,pelan sayaaang,” cerita Nabila terpotong oleh jeritannya
sendiri, ketika Bandi kembali menghentak dengan kasar, menggedor dinding
rahimnya dengan keras.
“Berarti kau telah melayaninya dengan anusmu, Apakah kau
menikmatinyaaa sayaaaaang,,,” Tanya Bandi dengan suara mendengus bagai
banteng.
“Maafkan aku sayaaang,,, tapi itu benar-benar nikmat, aku bahkan
menunggu penisnya kembali mengeras dan rela memasukkan penis itu kedalam
mulutku agar kembali mengeras, dengan sedikit memaksa untuk menusuk
anusku lagi, dan rasanya sungguh nikmaaaat, berkali-kali aku merasakan
orgasme dan berkali-kali pula Pak Regar memuji lubangku ini, katanya
diriku adalah tubuh ternikmat yang pernah disetubuhinya,”
“Mungkin kau juga perlu mencoba pintu belakangku iniii,,” tawar
Nabila, masih subur diingatannya bagaimana eforia kenikmatan saat
dirinya mengayuh penis kecil pak Regar pada liang anusnya, dan kini
dirinya ingin kembali menikmati hal itu dengan batang yang lebih besar,
milik suaminya.
Bandi menghentikan pompaannya, dan mencabut penis yang diselimuti
cairan putih. Nabila mengangkat paha jenjangnya dan memeluk lututnya
hingga menyentuh payudaranya.
Dan tampaklah vagina yang merekah basah,
dirembesi sperma dari orgasme Bandi sebelumnya yang mencoba keluar dari
lorong sempit vagina, namun bukan vagina itu yang menjadi perhatian
Bandi saat ini, tapi lubang mungil yang mengerucut imut yang ada tepat
dibelakang vagina itulah yang menjadi perhatiannya. Bandi tidak yakin
penis besarnya dapat menerobos lubang yang masih tertutup rapat itu.
“Ayolah Saaayaa,,ang,” erang Nabila merayu.
Bandi mencoba memasukkan telunjuknya untuk sedikit membuka, telunjuk
itu bermain-main keluar masuk dengan lembut, dan kini jari tengahnya
ikut ambil bagian, terdengar desahan Nabila yang semakin keras.
“Saayyyaaaannng,, lakukanlah sekarang, ceeepaaattt,,,” teriak Nabila
yang semakin erat memeluk lututnya membuat lubang pantatnya begitu
menantang untuk dihujam.
“Aaaarrrgghhh,,, aarggmmhhhh,,,” Bandi mengejangkan otot penisnya agar dapat memasuki lubang sempit itu.
“Eeeemmhhhh,,, Iyaaaa,,,yaa,, yeeeaaahhh,,” batang yang perlahan
namun pasti mulai tenggelam dan terus memenuhi setiap rongga anal
Nabila. Istrinya menggeram, menjerit dan berteriak dengan keras.
Tidak seperti yang dirasakannya saat menerima penis Pak Regar tadi
siang, batang milik Bandi jauh lebih panjang dan besar. Dan kini batang
itu terus masuk semakin dalam membuat analnya begitu penuh. Setelah
dirasakan penisnya menyentuh pangkal bagian terdalam, Bandi menghentikan
hujamannya, dirasakannya dinding anus yang tergencet oleh batangnya
berkedut-kedut.
“Aaaahhh,,, sayaaang,,, ini jauh lebih nikmaaat, mulailah mengayuh tubuhku.”
“Yaaa,,, ini sangat sempiiit,,, sangaaatt nikmaaat,,,” sahut Bandi dengan nafas mendengus liar.
Bandi mencoba mengayun penisnya namun lubang itu bukannya melebar
tapi semakin menyempit akibat kontraksi birahi yang terjadi pada otot
anal. Dan itu benar-benar menghasilkan sebuah kenikmatan. Sofa kecil
yang menampung dua tubuh manusia itu mulai berderit ketika Bandi
mengayuh semakin cepat.
Nabila tidak lagi memeluk lututnya,
selangkangannya telah terbuka lebar. Sementara jemarinya kini aktif
mengusap dan menusuk-nusuk liang vaginanya yang kosong. Tampaknya
vaginanya yang melompong menuntut pula untuk diisi, meski hanya dengan
jemari Nabila. Sempat terbesit diotaknya, membayangkan kenikmatan bila
kedua lubangnya itu diisi oleh dua penis sekaligus, tak peduli penis
siapapun itu.
“Aaaahhh,,,,” gara-gara fantasinya Nabila jadi semakin liar,
jemarinya mengobok-obok vaginanya dengan cepat. Bandi mencoba
mengimbangi dengan mengayun batangnya dengan lebih cepat. Seluruh otot
vagina dan anal Nabila berkontraksi dengan dahsyat dan,,,,,,
“Aaaaggrrrgghhhh,,, aaahh,,,” vagina Nabila menghambur kalenjar
cintanya, membanjiri telapak tangannya yang masih menstimulasi dinding
vagina, sebuah orgasme yang begitu dahsyat.
“Yeeeaaahhhh,,, saaayyyaaaa,,,anng,,,” penis Bandi berkedut dengan
cepat menghantar bermili-mili sperma. Penisnya berkali-kali menghentak
hingga keujung lorong.
Tak lama, tubuhnya ambruk menindih sang istri tercinta. Bersahutan
nafas mereka memburu udara sekitar, paru-paru mereka memaksa untuk diisi
setelah dibiarkan kosong saat mereka terus mengejan menghamburkan
cairan cinta.
“ini jauh dari yang aku bayangkan selama ini,” bisik Nabila.
“Ya,, milikmu memang selalu nikmat,” sambung Bandi.
“Jadi, kau tidak marah aku melakukan itu?”
Bandi terdiam, harga dirinya sebagai seorang suami tengah dipertanyakan oleh sang istri.
“Hhhmm… Mau bagaimana lagi, semuanya sudah terjadi, aku marahpun
takkan berguna karena aku sadar kau melakukannya demi kita,” ucap Bandi,
berusaha untuk tersenyum.
No comments:
Post a Comment